Bandung Kota Kembang, itu dulu. Sempat mendapat julukan kota sampah, itu juga sudah lewat. Kini Bandung tidak hanya mengembalikan nama Bandung kota Kembang, tapi juga menjadi Bandung kota Berkembang, ibarat bunga yang sedang merekah, bagai remaja yang tumbuh gagah. Di bawah pimpinan Ridwan Kamil Bandung berubah pesat, menjadi kiblat pembangunan kota lain di Indonesia. Julukan Bandung Kota Kembang sudah bisa tercium lagi aromanya.
Perubahan besar kota Bandung yang sering jadi trending topic ini bukan hanya gubahan dari Pak Walikota tercinta, tapi juga berkat budaya Sunda yang mengakar pada jiwa warga tanah Parahyangan. Warga yang mau diajak kerja sama dan visi yang sejalan dengan Pak Walikota.
Bandung Berbudaya
Budaya bukan hanya tentang kesenian daerah, rumah tradisional, atau upacara adat. Tapi bagaimana suatu warga memandang suatu kebiasaan yang sama dan menyematkannya pada generasi berikutnya. Mungkin beberapa budaya khas Bandung sendiri sudah tergusur dan terganti budaya baru. Rumah adat Sunda, Keraton Kasepuhan sudah tergusur rumah-rumah modern. Sisingaan, tari jaipong atau wayang golek sudah jarang mendapat tempat. Tapi, tidak menjadikan budaya asli Sunda yang someah*) dan saling mengasihi lantas mati. Justru budaya asli orang Bandung, budaya Sunda ini hidup kembali semenjak dipimpin Pak Ridwan Kamil, pak walikota favorit akuuu.
Ada beberapa kebiasaan dan budaya orang Sunda di Bandung yang tentunya bisa dicontoh oleh warga lainnya.
Bengkung Ngariung Bongkok Ngaronyok
Peribahasa dalam bahasa Sunda tersebut mengartikan tetap hidup bersama baik senang maupun saat susah. Ini juga alasan kenapa jarang sekali orang Bandung di kota lain. Karena emang warga Bandung jarang ada yang mau merantau. Mendingan susah senang bareng di kota asal, daripada harus jauh dari tanah kelahiran.
Sauyunan
Ingat momen pertunjukan angklung pada saat KAA 2015 di Kota Bandung? Merinding rasanya mendengar bahwa banyak warga yang ingin ikut andil dalam perayaan sebuah kota untuk maju ke hadapan 72 negara. Jangan tanya bagaimana sebuah kota bisa membahasakan bahasa daerahnya dalam satu program #ReboNyunda atau secara kompak mematikan rokok saat Selasa Tanpa Rokok. Itu karena budaya sauyunan warga Bandung. Sauyunan ini berarti satu ayunan langkah antara warga dan pemimpinnya.
Sauyunan ala Bandung, Sumber: nationalgeographic.co.id |
Silih asah, Silih asih, Silih asuh
Saling mengasah kemampuan dan mendidik
Saling mengasihi dan ramah pada sesama
Saling memengasuh dan melindungi
Itulah sifat kebudayaan asli Bandung. Nilai-nilai kesopanan dikedepankan, para orangtua dihormati, anak muda disayangi, dan kepada sesama tetap rendah hati.
Siapa yang pernah ke Bandung?
Pasti mereka yang pernah ke Bandung ingin merasakan Bandung kedua kalinya. Tidak hanya karena keindahan alam dan suasana sejuknya, tapi juga karena warganya yang ramah. Tahu kan bagaimana kalau orang Sunda marah? Temanku bilang kalau orang Sunda marah lebih kayak guru menasehati anak TK.
Berperibahasa Baik, Berbahasa Cantik
Budaya lain yang tidak disadari oleh orang Bandung adalah sangat membumikan bahasa Sunda. Dalam percakapan sehari-hari, peribahasa khas Sunda sering terlontar. Orang Bandung lebih memilih menyebutkan 'Elmu angklung' daripada menyebutkan secara jelas ketika ada orang yang tidak tahu sopan santun. Peribahasa bahasa Sunda digunakan dengan baik sebagai penghalus kalimat sebenarnya agar orang yang mendengar tidak tersinggung.
Bahasa yang baik juga dilontarkan dengan cantik. Seperti saat mendengar lagu 'Aku mah Apa Atuh', atau saat mendengar nama Dika Hardika, Tini Martini, Ice Juice, atau saat diajak main dengan alunan "Aniiiiiis, urang ameeeeng". (Hanya orang Sunda asli yang tahu bagaimana nadanya). Orang Bandung berbahasa dengan lembut dan bernada. Konon katanya karena secara geografis berada di dataran tinggi, jadi suara mengalum mengikuti kelokan gunung dan lembah. CMIIW.
Berkebaya, Berpakaian ala Puteri Sunda
Budaya berkebaya ini kadang hanya saat ada acara tertentu. Tapi, memakai kebaya sebenarnya sarat makna. Kebaya identik dengan pakaian tradisional sejak dulu kala. Wanita Sunda jaman dulu yang begitu cantik, lembut dan telaten. Sifat yang terkandung dalam kebaya inilah yang harus membudaya, lembut dan telaten, bukan hanya pakaian adat semata.
Kebaya Sunda, Sumber: fashionmodelku.com |
Bandung Berwibawa
#NowWeSee, bahwa budaya bukan hanya tentang kebiasaan dan acara seremonial suatu daerah. Tapi juga kebiasaan yang mendarah daging yang melekat pada jiwa. Menjadi nilai yang membumi di daerahnya. Sisingaan, Tari Merak yang diiringi degung, Nyanyian Manuk Dadali dengan angklung, atau pagelaran Wayang Golek memang budaya yang nampak oleh warga luar. Tapi, sifat dasar dalam pergaulan, cara berpakaian, dan cara berbahasa justru lebih menentukan suatu budaya mau dibawa kemana. Bandung dengan budaya angklungnya bisa membawa nama baiknya saat KAA. Tentunya budaya ramah, sopan, lembut, dan sauyunan-nya akan menjadikan Bandung sebagai kota yang berwibawa. Yuk, orang Bandung, kita pertahankan budaya kita, biar jadi warga yang Wiiii-Bawa nama baik ke dunia Internasional.
*) Ramah
Pengen banget ke Bandung :)
BalasHapusAku juga pengen banget pulang kampung ke Bandung.. Masih menganut budaya nomor 1 jadi homesick terus
HapusSalam kenal, mbak..
BalasHapusLho emang sekarang tinggal dimana ya? Kirain masih di Bandung ^^
Iya nih merantau ke ibukota, udah kangen banget sama bandung yang jauh lebih keren dari sebelumnya
Hapus