Aku sangat percaya kalau wanita memang harus repot. Repot mengurus anak, repot dengan pekerjaan rumah yang tak pernah selesai, repot membahagiakan suami, repot dengan pakaiannya, dan repot dengan larangan-larangan padanya.
Dalam hal berpakaian memang wanita akan lebih repot daripada laki-laki. Aurat yang harus ditutupi jauh lebih banyak, dan ketika aurat itu tersingkap, yang dosa bukan hanya dirinya, tapi juga suaminya, ayahnya, saudara laki-lakinya. Repot deh semua.
Ini aku rasakan di awal-awal pernikahanku. Aku yang masih asyik dengan jilbab gaulku merasa terusik dengan kalimat-kalimat suamiku
"Kamu tega aku harus nanggung dosa kamu sebanyak bulu kaki di pergelangan tangan kamu?" Ketika lengan bajuku mengangkat ke atas.
"Itu jilbab atau kabel telepon? Dililit-lilit segala." Sepertinya karena ia lama menungguku berkaca saat memakai jilbab.
"Cantik deh pakai gamis gini, aku beliin selusin deh, tapi celana-celana jeans kamu disumbangin aja ya" dan aku tetap mempertahankan baju-baju lamaku. Agak gimanaaa gitu kalau orang lihat aku pakai gamis.Suamiku menjawab lagi "Berjilbab itu justru biar nggak dilihat orang lain"Sungguh repot rasanya kalau aku harus berjilbab lebar dengan gamis yang ribet dipakai. Waktu berlalu dan aku pun menjadi ibu. Sahabatku menghadiahiku gamis dengan kancing depan untuk memudahkan menyusui. Tanteku juga menjahitkanku sebuah gamis jeans katun yang juga busui friendly. Entah kenapa setiap aku pakai gamis itu, suami pasti bilang 'Ih, geulis pisan istri Aa'. Dan itulah cara terbaik suamiku melunakkan tulang rusuknya yang keras ini. Dengan pujian berkali-kali. Akhirnya aku jadi sering membeli dan memakai gamis saat bepergian.
Gamis Hadiah dari Sahabat dan Tante |
Dalam suatu majelis ilmu aku menyerap satu hal tentang cara berpakaian wanita yang benar. Kalau pakaiannya sudah siap dipakai shalat, berarti dia sudah berpakaian yang benar. Yang biasa dipakai shalat ya mukena. Karena orang-orang di Arab sana sudah pakai pakaian sesuai syariat, mereka tidak perlu memakai mukena. Di Indonesia sendiri, mukena tercipta karena pakaian sehari-hari kita belum siap dipakai shalat. Kalau digambarkan hijab syar'i itu seperti ini:
Hijab Syar'i, Sumber: gizanherbal.wordpress.com |
Ya, pakaian yang benar ternyata memang bentuknya seperti mukena. Dan yang paling mirip mukena dan siap dipakai shalat ya gamis dan jilbab panjang. Repot ya? Ya memang harus repot. Tapi, Allah selalu suka dengan kerepotan kita dalam beribadah.
Untuk mengurangi kerepotan kita dalam memakai gamis, ada beberapa hal yang bisa dipraktekan:
- Memilih Bahan yang Adem
- Tak Perlu Menambah Repot dengan Asesoris Berlebihan
- Menyesuaikan dengan Kebutuhan
Gamis Mukena, Sumber: ahzaaufa.com |
Sambil agak kesal aku jawab saja 'Aku pakai gamis bukan untuk dilihat kamu, tapi biar gak dilirik orang lain'.
aku suka banget sama lele yang sekarang, sukak! yuuk sama2 hijrah, sama2 belajar, dan ingat, dengan tidak menganggap diri yang paling baik dan tidak menghakimi siapa pun. :)
BalasHapusK Combrooooo.. Ihihi, ketemu di blog juga ya.. Mana nih blog nya?
HapusAku lg belajar bergamis juga Mbak, terpaksa sih gara2 si ayank, tapi ternyata jadi nyaman apalagi buat ibu menyusui..
Aah, terharu ada orang di dunia nyata yg BW ke blog aku..
LELEEEE blogmu udah banyak iklannya hahaha
BalasHapusEh K Change, dibaca gaaak?
HapusIya, mau serius nge-blog ngumpulin dollar..haha
aku itu silent reader dimanamanaaa.. termasuk punya changek! hihihii.. (plis abis ini jangan diblock ^^v)
Hapussetiap orang berubah ya..dan perubahan ke arah yang lebih keceeh, why not?? *mendadak lupa sama lele jaman diklap :P
Dulu belun ketemu si ayank mbak, hehe.. Masih urakan korban pergaulan, sekarang udah jadi ibu harus ngasih teladan..
HapusSedikit banyak pasangan juga yang merubah siapa kita..
wehhh kalo ini mah setuju banget sama pendapayt di atas mbak.
BalasHapussalam kenal ya mbak.e
semoga sukses GA nya ya ^_^
Emang fitrahnya harus repot ya mbak..
Hapushijabnya panjang bener ya mak.. kayak mukena.. aku juga lagi belajar pake yang syari mbak... pelan2..:)
BalasHapusAku juga gak sepanjang itu koq, palingan pakai jilbab persegi 130cm aja.. Yuk, sama2 repot belajar..
HapusWah cerita yang sangat menginspirasi.. Awalnya gak niat, lalu terpaksa, akhirnya sadar juga ya mbak untuk memakai hijab syar'i :)
BalasHapusAku banget ituu, awalnya kepaksa, ditutup-buka, sadar dipakai terus, dan menutup lebih baik lagi.. Tapi perubahannya itu lambat banget..
Hapushihuiiii..emang iya..kudu pas milih bahan, secara suhu tangerang emang minta ditabok, panasshh
BalasHapusMbak Nita juga orang Tangerang ya? Sama nih, udah terbiasa panas n nyamuk..
HapusMbak, gamis yg dari Tantenya itu cantik deh, suka lihatnya :D
BalasHapusMau pesen? Hehe, berasa ng'endorse.. Emang denim tuh selalu keren mau jadi model apapun
HapusSebenarnya cuma soal kebiasaan yah. Pakai lebar2 kalau udah biasa mah ga berasa repotnya.
BalasHapusMungkin juga, kalau saya masih membiasakan sih, jadi masih kerepotan..hehe
Hapus