Selamat datang di era saat orang-orang benci dengan kemajuan teknologi. Bayangkan betapa tegangnya hidup di antara orang-orang yang ketakutan akan tergilas teknologi dan aspirasi mayoritas yang ingin hidup lebih mudah dan murah. Let's say ini adalah tentang taxi online dan konvensional. Pada akhirnya mayoritas orang memilih mengikuti perkembangan jaman dan memilih taxi online. Sayangnya masih banyak orang nggak tahu bahwa mereka selalu punya pilihan.
Mr I bisa bebas memilih wanita mana yang akan dinikahinya, tapi ia memilihku. Aku? Juga punya pilihan yang sama, bilang ya atau tidak. Ada yang bilang karena ini juga bukan jaman Siti Nurbaya. Tapi sebenarnya Siti Nurbaya juga punya pilihan untuk tidak menikah dengan Datuk Maringgih. Dia bisa kabur dan lari, pura-pura punya penyakit menular, atau bunuh diri. Tapi ternyata. Marah Rusli punya pilihan untuk tetap menjodohkan mereka. Ya, itu pilihan dia.
Jakarta, kota yang hobi berdemonstrasi ini kembali menunjukkan aksi. Sopir taxi berdemo, menyisir pengendara angkutan online. Karena apa sebenarnya? Hanya karena mereka nggak tahu, sebenarnya mereka punya pilihan.
Mereka punya pilihan untuk melihat pintu rezeki baru di taxi online. Mereka bisa memilih mengikuti atau terlindas teknologi. Mereka bisa milih. Mereka lupa kalau pilihan hidupnya ada pada diri mereka, bukan karena atasannya.
Aku pernah merutuk tinggal di Jakarta dengan alasan PNS nggak punya pilihan penempatan. Tapi sebenarnya, aku sudah banyak memilih sejak jauh hari bahwa aku akan jadi PNS dan hidup di Jakarta.
Aku memilih belajar TPA untuk ikut USM Perguruan Tinggi Kedinasan.
Aku memilih untuk menandatangani surat pernyataan siap ditempatkan di mana saja.
Aku memilih Bea Cukai sebagai instansi tempatku bekerja setelah lulus kuliah, di saat orang lain memilih Pajak, Perbendaharaan, atau malah keluar dari PNS.
Aku memilih untuk bertahan dengan pekerjaanku sekarang di saat orang lain bisa mengambil pilihan untuk menjadi pengusaha.
Dan pilihan-pilihanku sebelumnyalah yang menentukan dimana aku hari ini.
Aku masih diberi pilihan saat ini, mau nambah pengangguran di kota Kembang atau mengabdi untuk negeri di perantauan. We always have a choice. Take it or leave it!
Aku memilih belajar TPA untuk ikut USM Perguruan Tinggi Kedinasan.
Aku memilih untuk menandatangani surat pernyataan siap ditempatkan di mana saja.
Aku memilih Bea Cukai sebagai instansi tempatku bekerja setelah lulus kuliah, di saat orang lain memilih Pajak, Perbendaharaan, atau malah keluar dari PNS.
Aku memilih untuk bertahan dengan pekerjaanku sekarang di saat orang lain bisa mengambil pilihan untuk menjadi pengusaha.
Dan pilihan-pilihanku sebelumnyalah yang menentukan dimana aku hari ini.
Aku masih diberi pilihan saat ini, mau nambah pengangguran di kota Kembang atau mengabdi untuk negeri di perantauan. We always have a choice. Take it or leave it!
Pilihan antara menjadi ilmuwan atau arsitek di awal kuliah. Pilihan antara menjadi PNS atau pegawai swasta. Pilihan antara besok dinner dimana atau nanti pakai baju apa atau kapan pulang kemana atau siapa yang akan kita jadikan teman selamanya? Ihiiir..
Pilihan itu mungkin ada beberapa, tapi kita hanya bisa mengambil salah satunya. Pilihan-pilihan itu ada di balik bilik suara, di atas selembar LJK, tersemat berdampingan pada keyboard antara Y dan T, ada dalam debat tak berujung mau makan apa malam ini, dan dalam istikharah panjang setiap malam dan ada dimana-mana. Tinggal kita yang menentukan. Take it or leave it!
Tapi jangan lupa, di setiap pilihan kita ada Dzat yang menggerakan kita harus memilih apa, karena Dzat itu yang membuat kita tak bisa memilih dalam kelahiran. Kita tak bisa memilih dari rahim siapa dilahirkan, menjadi agama apa, dalam kondisi apa. Setelahnya, itu pilihan kita. Yang pasti, mintalah petunjuk kepada-Nya agar kita selalu memilih pilihan yang terbaik untuk hidup kita ke depannya.
Jadi, masih mau demo hanya karena pilihan orang pada taxi online? Duh, mending pilih ulang masa depan kamu deh!!
Manggut manggut baca postingan ini. Jadi teringat sama sebuah posting tentang pilihan menjalani kehidupan rumah tangga di usia 20 th di blognya mbak ghe disini ->
BalasHapushttp://blog.gheasafferina.com/2016/04/newchapter-01-begining-of-everythings.html
Btw kakak kerja di kantor pajak yah ?
Iya emang bener, pilihan sekecil apapun, walaupun hanya Ya atau tidak, bisa menentukan masa depan sampai mati.. Dan persis dengan mbak Ghea, pria yang 2 tahun bareng2 justru disalip sama yang baru 2 bulan ngedeketin, haha..
HapusAku di Bea Cukai mbak..